Rabu, 05 September 2012

Mengungkap Invaliditas Laksamana Cheng Ho Sebagai Penganut Islam


Hampir semua Tionghoa di Indonesia pernah mendengar kisah tentang laksamana  Cheng Ho (郑和, pinyin : Zhèng Hé) sebagai salah satu tokoh besar bangsa Tionghoa. Cheng Ho adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal jaman Dinasti Ming yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433. Namun sangat disayangkan, media lokal hampir tidak pernah menggambarkan Cheng Ho ini sebagai seorang yang berkarakter Tionghoa. Malah para Fankui pemeluk Islam sering menyebut Cheng Ho sebagai tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Cheng Ho sangat diragukan kebenarannya sebagai seorang pemeluk Islam, apalagi sebagai seorang ulama atau penyebar agama Islam, seperti yang kita dengar dari Fankui. Malah sebenarnya dari 7 kali pelayaran beliau ke Nusantara ini memiliki tugas yang diberikan Kaisar Yongle (永楽) untuk menaklukan kerajaan-kerajaan Fankui Islam. Tugas Cheng Ho melakukan ekspedisi ke selatan mengunjungi semua kerajaan-kerajan Islam milik Fankui di Nusantara bertujuan menarik upeti sebagai tanda takluk kerajaan-kerajaan Islam tersebut kepada pemerintahan Dinasti Ming di Tiongkok pusat. Kaisar Yongle memang cerdik, dia sengaja mengutus Cheng Ho yang wajahnya agak hitam (ada sedikit turunan Arab) untuk menaklukan bangsa Fankui yang fanatik Islam. Dengan status palsu menyamar sebagai “Islam”, jelas membuat Cheng Ho lebih mudah memperdayai raja-raja Fankui yang memang kurang cerdas. Inilah kecerdikan bangsa Tionghoa.

Bangkitnya ekonomi Tiongkok PRC disertai kebangkitan teknologinya mendorong para Fankui umat Islam di Indonesia dan umat Islam lain di dunia untuk menjagokan Tiongkok, karena dianggapnya bisa diharapkan mengalahkan Amerika. Akibat kegagalan Islam menjadikan Amerika Serikat sebagai negara Islam melalui terror 11 September 2001, maka para Fankui umat Islam mengharapkan Tiongkok sebagai negara adikuasa akan membantu meng-Islam-kan dunia ini, salah satunya dengan kisah Cheng Ho yang di-Islam-kan. Tentu saja, sasaran yang empuk adalah dengan meng-Islam-kan dulu  Tionghoa yang ada di Indonesia, termasuk lewat propaganda asimilasi kawin campur Fankui dengan Tionghoa, terutama para wanita Amoi yang sudah jadi fantasi cabul para Fankui. Mereka berupaya menghilangkan fakta bagaimana orang-orang keturunan Tionghoa diseluruh dunia dijarah umat Islam, Amoi-amoi mereka diperkosa secara massal di Indonesia, namun lucunya masih mengharapkan dibantu, didukung, dan bersimpati kepada teroris Islam membantu memerangi Amerika.

Salah satu taktiknya adalah mengusung seolah-olah Cheng Ho beragama Islam fanatik. Di lain pihak, negara Tiongkok sekarang berusaha mendominasi ekonominya ke semua negara Islam. Tiongkok mendukung anggapan bahwa Cheng Ho beragama Islam, dan sejarah Tiongkok sendiri sekarang sudah diubah dan dongeng-dongeng tentang Cheng Ho beragama Islam dipopulerkan untuk menembus dominasi Tiongkok di semua negara-negara mayoritas Islam, termasuk di Indonesia. Kedua pihak saling memanfaatkan, kalau umat Islam memanfaatkan agar Tiongkok menjadi benteng memerangi Amerika dan Yahudi, maka Tiongkok memanfaatkan dongeng-dongeng Cheng Ho ini untuk dominasi ekonomi ke negara-negara Islam. Sementara agama Islam sendiri diperangi didalam negerinya karena para teroris Uighur berusaha mendirikan negara terpisah dari Tiongkok. Islam di dalam negeri Tiongkok sendiri dianggap resmi sebagai agama teroris yang selalu mendapatkan pengawasan sangat ketat bahkan lebih ketat daripada Dalai Lhama Tibet, dimana hal ini bisa dibuktikan dengan ditangkapnya ratusan teroris jihad Islam yang menyusup dari Turki untuk mengacaukan Olympiade Bejing.
Sudah banyak saya tulis sebelumnya bahwa Cheng Ho sangat mungkin bukan seorang beragama Islam, melainkan orang kebiri yang ditugaskan mengurus selir-selir raja yang berasal dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang ditaklukannya. Kerajaan manapun didunia, pegawai-pegawainya, prajurit-prajuritnya, ataupun jenderal-jenderalnya harus sama agama dengan rajanya. Bahkan dari semua kerajaan Islam mana ada jendralnya yang beragama bukan Islam?

Meskipun Cheng Ho itu memang berasal dari suku Hui yang mayoritas Islam, namun bukan berarti beliau pasti beragama Islam. Hal ini terbukti dari historikal perjalanan hidupnya. Cheng Ho sudah diculik dari kampungnya sejak kecil oleh pasukan kerajaan dinasti Ming, dibawa ke istana, lalu dididik menjadi patriotik suku Han dan dicekoki ajaran Taoisme dan Konfusian seperti yang dianut mayoritas suku Han pada umumnya. Apakah mungkin seorang anak kecil yang beragama Islam bisa mempertahankan ke-Islam-annya sampai dewasa tanpa pernah ada bimbingan dari orang dewasa yang beragama Islam?
Semua kuil-kuil kelenteng Sam Po Kong yang didirikan oleh Cheng Ho akhirnya dijadikan mesjid oleh umat Islam melalui pengrusakan patung-patungnya dan memutar balik sejarah Cheng Ho itu sendiri seolah-olah Cheng Ho beragama Islam fanatik. Bahkan ada pesantren yang menceritakan bahwa isteri-isteri Cheng Ho juga semuanya beragama Islam. Padahal Cheng Ho itu orang kebiri kepercayaan raja, mana mungkin punya isteri. Tidak tanggung-tanggung, hampir semua ulama di pesantren-pesantren di Jawa yang terkenal sering berdakwah bahwa dirinya merupakan keturunan Cheng Ho. Gusdur sendiri pernah mengaku bahwa dirinya keturunan Cheng Ho. Bagaimana mungkin Cheng Ho sebagai orang yang dikebiri bisa punya keturunan? Ya begitulah, dalam Islam memang logika bukanlah sesuatu yang harus dianggap benar, bagi mereka tidak perlu logis yang penting percaya.
Adapun sebenarnya Cheng Ho itu merupakan tokoh legenda, bukan tokoh yang ilmiah. Data-data tentang dirinya tidak ada bukti-buktinya, bahkan di Tiongkok sendiri banyak sekali dongeng-dongeng yang menyangkut Cheng Ho yang kesemuanya sama sekali bukan merupakan ciri-ciri tokoh Islam. Yang namanya ilmiah itu bukanlah dongeng-dongeng, semua dongeng-dongeng tidak satupun ada yang ilmiah. Ilmu mendongeng memang menjadi bahan ilmiah karena untuk menciptakan dongeng-dongeng membutuhkan study khusus yang sifatnya ilmiah.
Cheng Ho itu orang yang dikebiri. Apakah di ajaran Islam dihalalkan pemimpin umat Islam diangkat dari orang yang dikebiri? Kalau sunat memang merupakan kewajiban umat Islam, namun kebiri sepertinya belum pernah terdengar sebagai rukun Islam. Mungkinkah kebiri itu rukun Islam yang khusus ada di Tiongkok? Memaksakan Cheng Ho memeluk agama Islam bertujuan untuk menarik simpati Tiongkok dalam menunjang cita-cita para umat Islam dalam memaksakan agama Islam ke seluruh dunia, setelah Islam ditolak oleh Amerika.
Kita semua tahu sebenarnya bahwa ajaran Islam dan umatnya membenci kebudayaan dan kepercayaan asli Tionghoa yang dianggap kafir. Bukan cuma kepercayaan Tionghoa, malah juga membenci India dengan kepercayaan Hindu-nya. Bagaimana mungkin menghapuskan sejarah gelap perlakuan Fankui umat Islam kepada pedagang-pedagang Tionghoa diseluruh Indonesia? Orang Tionghoa tidak pernah bisa hidup aman tentram dari penjarahan yang dilakukan Fankui yang mayoritas umat Islam, bahkan Amoi-amoi nya diperkosa secara masal tanpa satupun pelakunya ditangkap. Inferioritas Fankui umat Islam terlihat jelas dengan memojokan dirinya sendiri. Dari yang dulunya dengan gagah berani bilang anti-Tionghoa, sekarang mereka mengada-ngada dan merekayasa tokoh Cheng Ho sebagai pahlawan Islam dari negeri Tiongkok.
Bahkan di Tiongkok saja tidak diketemukan dimana makam asli Cheng Ho. Namun sebagai bentuk penghargaan jasanya, maka oleh Kaisar Xuande (宣德) dibangun juga makam Cheng Ho sebagaimana umumnya makam atau kuburan Tionghoa yang kita kenal. Makam Cheng Ho isinya kosong, begitu juga semua tata cara peguburan nya sama sekali bukan cara penguburan Islam, juga bentuk nisan bukan nisan makam Islam. Malah di Tiongkok dan sejumlah negara Asia Tenggara, patung Cheng Ho disembah sebagai satu dari dewa-dewa samudra oleh pemeluk agama Samkaw (三教) dan diarak-arak ke jalan saat festifal gotong Toa Pek Kong (大伯公). Di Tiongkok sendiri, agama Islam dianggap sebagai agama yang sama dengan agama penyembah dewa-dewa lainnya. Dan salah satu dewa yang disembah umat Islam Tiongkok adalah patung dewa Cheng Ho yang dianggapnya sebagai Islam.
MUI sendiri melarang umat jemaah Ahmadiah mengaku Islam, dilarang menggunakan nama Islam. Tetapi Cheng Ho yang bukan Islam harus dianggap Islam, harus diakui Islam. Kenapa MUI tidak mengeluarkan fatwa-nya yang menyatakan bahwa Cheng Ho itu beragama Islam? Jelas tidak mungkin, karena MUI tahu untuk sementara Cheng Ho boleh diakui sebagai beragama Islam. Tetapi nantinya kalau suatu saat Tiongkok berbalik menjadi musuh lagi, maka Cheng Ho akan dilarang diakui tokoh Islam, sama seperti nasibnya jemaah Islam Ahmadiah.
 
Adakah tokoh Fankui Islam yang kira-kira mampu membantah keganjilan Cheng Ho sebagai seorang tokoh Islam? Memalukan sudah pasti, tetapi memang pilihannya begitu yang dianggap terbaik. Daripada mengakui keganjilan-keganjilan tersebut, lebih bangga menyangkal dan bersikeras mengakui Cheng Ho adalah tokoh Islam, bahkan kalau perlu mengaku keturunan Cheng Ho.

3 komentar:

  1. Daripada percaya tulisan copy paste dari forum faith freedom, mending baca wikipedia yang trust levelnya lebih baik. http://en.wikipedia.org/wiki/Zheng_He

    BalasHapus
  2. Setuju sekali. Mungkin iya, bahwa ch beragama islam. Tapi ch islam karena memang berada di tanah jawa ini dan agar bisa diterima oleh masyarakat. Jika memang islam, maka klenteng2nya akan berbau islam dan bisa digunakan shalat.

    BalasHapus
  3. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus