Hampir semua Tionghoa di Indonesia pernah mendengar kisah tentang laksamana Cheng Ho (郑和, pinyin : Zhèng Hé) sebagai salah satu tokoh besar bangsa Tionghoa. Cheng Ho adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal jaman Dinasti Ming yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433. Namun sangat disayangkan, media lokal hampir tidak pernah menggambarkan Cheng Ho ini sebagai seorang yang berkarakter Tionghoa. Malah para Fankui pemeluk Islam sering menyebut Cheng Ho sebagai tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Cheng Ho sangat diragukan kebenarannya sebagai seorang pemeluk Islam, apalagi sebagai seorang ulama atau penyebar agama Islam, seperti yang kita dengar dari Fankui. Malah sebenarnya dari 7 kali pelayaran beliau ke Nusantara ini memiliki tugas yang diberikan Kaisar Yongle (永楽) untuk menaklukan kerajaan-kerajaan Fankui Islam. Tugas Cheng Ho melakukan ekspedisi ke selatan mengunjungi semua kerajaan-kerajan Islam milik Fankui di Nusantara bertujuan menarik upeti sebagai tanda takluk kerajaan-kerajaan Islam tersebut kepada pemerintahan Dinasti Ming di Tiongkok pusat. Kaisar Yongle memang cerdik, dia sengaja mengutus Cheng Ho yang wajahnya agak hitam (ada sedikit turunan Arab) untuk menaklukan bangsa Fankui yang fanatik Islam. Dengan status palsu menyamar sebagai “Islam”, jelas membuat Cheng Ho lebih mudah memperdayai raja-raja Fankui yang memang kurang cerdas. Inilah kecerdikan bangsa Tionghoa.
Bangkitnya ekonomi Tiongkok PRC disertai kebangkitan
teknologinya mendorong para Fankui umat Islam di Indonesia dan umat Islam lain di dunia
untuk menjagokan Tiongkok, karena dianggapnya bisa diharapkan mengalahkan
Amerika. Akibat kegagalan Islam menjadikan Amerika Serikat sebagai negara Islam
melalui terror 11
September 2001, maka para Fankui umat Islam mengharapkan Tiongkok sebagai negara adikuasa akan
membantu meng-Islam-kan dunia ini, salah satunya dengan kisah Cheng Ho yang
di-Islam-kan. Tentu saja,
sasaran yang empuk adalah dengan meng-Islam-kan dulu Tionghoa yang ada di Indonesia, termasuk lewat
propaganda asimilasi kawin campur Fankui dengan Tionghoa, terutama para wanita
Amoi yang sudah jadi fantasi cabul para Fankui. Mereka berupaya menghilangkan fakta bagaimana
orang-orang keturunan Tionghoa diseluruh dunia dijarah umat Islam, Amoi-amoi
mereka diperkosa secara massal di Indonesia, namun lucunya masih mengharapkan dibantu, didukung, dan
bersimpati kepada teroris Islam membantu memerangi
Amerika.
Salah satu taktiknya adalah mengusung
seolah-olah Cheng Ho beragama Islam fanatik. Di lain pihak, negara Tiongkok sekarang berusaha mendominasi ekonominya ke semua negara Islam. Tiongkok mendukung anggapan bahwa Cheng Ho beragama Islam, dan sejarah Tiongkok sendiri sekarang sudah diubah dan dongeng-dongeng
tentang Cheng Ho beragama Islam dipopulerkan
untuk menembus dominasi Tiongkok
di semua negara-negara
mayoritas Islam,
termasuk di Indonesia. Kedua pihak
saling memanfaatkan, kalau umat Islam memanfaatkan
agar Tiongkok menjadi
benteng memerangi Amerika dan
Yahudi, maka Tiongkok memanfaatkan
dongeng-dongeng Cheng Ho ini untuk dominasi ekonomi ke negara-negara Islam. Sementara agama Islam sendiri
diperangi didalam negerinya karena para teroris Uighur berusaha mendirikan negara terpisah dari Tiongkok. Islam di dalam negeri Tiongkok sendiri dianggap resmi sebagai
agama teroris yang selalu mendapatkan pengawasan sangat ketat bahkan lebih
ketat daripada Dalai Lhama Tibet, dimana hal ini bisa
dibuktikan dengan ditangkapnya ratusan teroris
jihad Islam yang
menyusup dari Turki untuk mengacaukan Olympiade
Bejing.
Sudah banyak saya tulis sebelumnya bahwa
Cheng Ho sangat mungkin bukan seorang beragama Islam, melainkan orang kebiri yang ditugaskan mengurus selir-selir raja yang berasal dari
kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara yang
ditaklukannya. Kerajaan manapun didunia, pegawai-pegawainya, prajurit-prajuritnya, ataupun jenderal-jenderalnya harus sama agama dengan rajanya. Bahkan dari semua kerajaan Islam mana ada
jendralnya yang beragama bukan Islam?
Meskipun Cheng Ho itu memang berasal dari suku Hui yang mayoritas Islam, namun bukan berarti beliau pasti beragama Islam. Hal ini terbukti dari historikal perjalanan hidupnya. Cheng Ho sudah diculik dari kampungnya sejak kecil oleh pasukan kerajaan dinasti Ming, dibawa ke istana, lalu dididik menjadi patriotik suku Han dan dicekoki ajaran Taoisme dan Konfusian seperti yang dianut mayoritas suku Han pada umumnya. Apakah mungkin seorang anak kecil yang beragama Islam bisa mempertahankan ke-Islam-annya sampai dewasa tanpa pernah ada bimbingan dari orang dewasa yang beragama Islam?
Semua kuil-kuil kelenteng Sam Po Kong yang
didirikan oleh Cheng Ho akhirnya dijadikan mesjid oleh umat Islam melalui
pengrusakan patung-patungnya
dan memutar balik sejarah Cheng Ho itu sendiri seolah-olah Cheng Ho beragama Islam
fanatik. Bahkan ada
pesantren yang menceritakan bahwa isteri-isteri Cheng Ho juga semuanya beragama Islam. Padahal Cheng Ho itu orang kebiri kepercayaan raja, mana mungkin punya isteri. Tidak tanggung-tanggung, hampir semua ulama
di pesantren-pesantren di Jawa yang terkenal sering
berdakwah bahwa dirinya merupakan
keturunan Cheng Ho. Gusdur
sendiri pernah mengaku bahwa dirinya keturunan Cheng Ho. Bagaimana
mungkin Cheng Ho sebagai orang yang
dikebiri bisa punya keturunan? Ya begitulah, dalam Islam memang logika bukanlah sesuatu yang harus dianggap benar, bagi mereka tidak perlu
logis yang penting percaya.
Adapun sebenarnya Cheng Ho
itu merupakan tokoh legenda,
bukan tokoh yang ilmiah. Data-data
tentang dirinya tidak ada bukti-buktinya,
bahkan di Tiongkok sendiri
banyak sekali dongeng-dongeng yang menyangkut Cheng Ho yang kesemuanya sama sekali bukan
merupakan ciri-ciri
tokoh Islam. Yang namanya
ilmiah itu bukanlah dongeng-dongeng, semua dongeng-dongeng tidak satupun ada yang ilmiah. Ilmu mendongeng memang menjadi bahan
ilmiah karena untuk menciptakan dongeng-dongeng membutuhkan study khusus yang sifatnya ilmiah.
Cheng Ho
itu orang yang dikebiri. Apakah di ajaran Islam dihalalkan pemimpin umat Islam diangkat dari
orang yang dikebiri? Kalau sunat
memang merupakan kewajiban
umat Islam, namun
kebiri sepertinya belum pernah terdengar sebagai rukun Islam.
Mungkinkah kebiri itu
rukun Islam yang khusus ada di Tiongkok? Memaksakan Cheng Ho memeluk agama Islam bertujuan untuk menarik simpati Tiongkok dalam menunjang
cita-cita para umat
Islam dalam memaksakan agama Islam ke seluruh dunia,
setelah Islam ditolak
oleh Amerika.
Kita semua tahu sebenarnya bahwa ajaran Islam dan umatnya membenci kebudayaan dan kepercayaan asli
Tionghoa yang dianggap kafir. Bukan cuma kepercayaan Tionghoa, malah juga membenci India dengan kepercayaan Hindu-nya. Bagaimana mungkin menghapuskan sejarah gelap perlakuan Fankui
umat Islam kepada pedagang-pedagang Tionghoa diseluruh Indonesia? Orang Tionghoa tidak pernah bisa hidup
aman tentram dari penjarahan
yang dilakukan Fankui yang mayoritas umat Islam, bahkan Amoi-amoi nya diperkosa secara masal tanpa satupun pelakunya ditangkap. Inferioritas Fankui umat Islam terlihat jelas dengan memojokan
dirinya sendiri. Dari
yang dulunya dengan gagah berani bilang anti-Tionghoa, sekarang mereka
mengada-ngada dan
merekayasa tokoh Cheng Ho sebagai pahlawan Islam dari negeri Tiongkok.
Bahkan di Tiongkok saja tidak diketemukan dimana makam asli Cheng Ho. Namun sebagai bentuk penghargaan jasanya, maka oleh
Kaisar Xuande (宣德) dibangun juga makam Cheng Ho
sebagaimana umumnya makam atau kuburan
Tionghoa yang kita
kenal. Makam Cheng Ho isinya kosong, begitu
juga semua tata cara peguburan
nya sama sekali bukan cara penguburan Islam, juga bentuk nisan bukan nisan makam Islam. Malah di Tiongkok dan sejumlah negara Asia Tenggara, patung Cheng Ho disembah sebagai satu dari dewa-dewa samudra oleh pemeluk agama Samkaw (三教) dan diarak-arak ke jalan saat festifal gotong Toa Pek Kong (大伯公). Di Tiongkok sendiri, agama Islam dianggap
sebagai agama yang sama dengan agama penyembah dewa-dewa lainnya. Dan salah satu dewa yang
disembah umat Islam Tiongkok
adalah patung dewa Cheng Ho yang dianggapnya sebagai Islam.
MUI sendiri melarang umat jemaah Ahmadiah
mengaku Islam, dilarang menggunakan nama Islam. Tetapi Cheng Ho yang bukan Islam harus dianggap Islam, harus diakui Islam.
Kenapa MUI tidak mengeluarkan fatwa-nya yang
menyatakan bahwa Cheng Ho itu beragama Islam? Jelas tidak mungkin, karena MUI tahu untuk sementara Cheng Ho boleh diakui sebagai beragama Islam. Tetapi nantinya kalau suatu saat Tiongkok berbalik
menjadi musuh lagi, maka Cheng Ho
akan dilarang diakui tokoh
Islam, sama seperti nasibnya jemaah Islam Ahmadiah.
Adakah tokoh Fankui Islam yang kira-kira mampu membantah keganjilan Cheng Ho sebagai seorang
tokoh Islam? Memalukan sudah pasti, tetapi memang
pilihannya begitu yang dianggap terbaik. Daripada mengakui keganjilan-keganjilan tersebut,
lebih bangga menyangkal dan
bersikeras mengakui Cheng Ho adalah tokoh Islam, bahkan kalau perlu mengaku
keturunan Cheng Ho.
Daripada percaya tulisan copy paste dari forum faith freedom, mending baca wikipedia yang trust levelnya lebih baik. http://en.wikipedia.org/wiki/Zheng_He
BalasHapusSetuju sekali. Mungkin iya, bahwa ch beragama islam. Tapi ch islam karena memang berada di tanah jawa ini dan agar bisa diterima oleh masyarakat. Jika memang islam, maka klenteng2nya akan berbau islam dan bisa digunakan shalat.
BalasHapus"Selamat siang Bos 😃
BalasHapusMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"